Beranda | Artikel
Tawadhunya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
Kamis, 7 Maret 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Iqbal Gunawan

Tawadhunya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarh Hadits Jibril fi Ta’limiddiin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Iqbal Gunawan, M.A pada Rabu, 25 Sya’ban 1445 H / 6 Maret 2024 M.

Kajian Islam Tentang Tawadhunya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Setelah potongan pertama dari hadits ini tentang dua tabi’in yang datang bertanya kepada sahabat Abdullah bin Umar tentang orang-orang yang mengatakan bahwa tidak ada takdir dan segala sesuatu itu baru dimulai, maka sahabat Abdullah bin ‘Umar pun mengatakan bahwa: “Apabila engkau menemui mereka, katakanlah bahwa Abdullah bin ‘Umar berlepas diri dari mereka, dan mereka berlepas diri dari Abdullah bin Umar, dan mereka tidak beriman sampai mereka beriman kepada takdir.”

Kemudian sahabat Abdullah bin Umar meriwayatkan dari ayahnya Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu, yang mana sahabat Umar Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Ketika kami duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada suatu hari, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat rapi dan sangat hitam. Tidak terlihat bahwa orang ini datang dari perjalanan yang jauh. Juga tidak ada seorang pun yang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengenal orang tersebut. Kemudian laki-laki tersebut mendekati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan duduk di depannya. Kemudian dia sandarkan dua lututnya ke lutut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan meletakkan dua tangannya di paha Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian orang tersebut bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Islam, tentang iman, tentang ihsan, tentang hari kiamat, dan tanda-tanda hari kiamat. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, setelah menjawab semua pertanyaan tadi, mengatakan bahwa sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian agama kalian.”

Itulah potongan pertama dari hadits Jibril ini yang tertera dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim. Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, disebutkan bahwasanya lafaznya berbeda,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ

“Pada suatu hari, Nabi berada di tengah-tengah para sahabatnya.”

Faidah yang bisa kita ambil dari perkataan sahabat Umar Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana juga disebutkan oleh para ulama, bahwa Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam selalu bersama dengan para sahabatnya, selalu duduk-duduk dengan sahabat-sahabatnya, beliau tidak membatasi dirinya atau sulit ditemui; akan tetapi siapa saja dengan mudah bisa menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Adapun jika beliau berada di rumahnya, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu membantu pekerjaan keluarganya, membantu pekerjaan istrinya, sebagaimana disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika sebagian istri-istrinya ditanya tentang apa yang dilakukan Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam di rumahnya, mereka menjawab,

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengerjakan apa yang dikerjakan oleh istri-istrinya.” (HR. Bukhari)

Beliau adalah seorang manusia termulia, namun sangat rendah hati dan sangat baik kepada keluarganya. Bahkan dalam riwayat lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Ini adalah ukuran kebaikan seseorang, yaitu jika dia baik kepada keluarganya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling mulia, yang paling tawadhu, paling rendah hati. Bahkan, disebutkan oleh sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering duduk bersama para sahabatnya. Dan ketika ada orang yang datang ke kota Madinah, mereka tidak mengenal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena saking tawadhu dan rendah hatinya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau tidak berpenampilan berbeda. Beliau duduk juga di tempat yang sama dengan para sahabat-sahabatnya sehingga orang yang datang terkadang bertanya, “Siapa di antara kalian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?” Ini adalah saking Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak membedakan penampilannya atau tempat duduknya. Sehingga orang yang tidak mengenal beliau perlu bertanya untuk mengetahui siapa di situ yang merupakan pemimpin manusia seluruhnya.

Akhirnya, para sahabat meminta kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk dibuatkannya tempat duduk dari tanah liat. Dan di situlah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam duduk untuk menyampaikan hadits-haditsnya kepada para sahabat. Para sahabat pun duduk di sekitar beliau sehingga ketika ada orang yang datang, bisa langsung mengenal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Alhamdulillah, itu pun yang dilakukan oleh kaum muslimin, para pengajar, para guru, mereka duduk di atas kursi agar meskipun orang jauh bisa melihat dan mendengar apa yang disampaikan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53990-tawadhunya-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/